Trend Baru di Jepang "Kepala Bagel" (Jangan Ditiru)
Caranya, larutan garam steril atau saline disuntikkan ke dahi dengan jarum infus. Setelah larutan 400 mililiter sudah membengkak di jidat, bagian tengah benjolan itu lalu ditekan dengan ibu jari sampai bentuknya menyerupai roti bagel.
Prosesnya makan waktu dua jam, sementara hasilnya bertahan kurang dari 24 jam -- sebelum larutan saline terserap ke dalam tubuh. Dan, percaya atau tidak, benjol aneh macam ini sedang tren di Tokyo. Baru-baru ini bahkan disorot dalam episode "Taboo" di National Geographic Channel.
Menurut ahli kedokteran kulit dari Connecticut Skin Institute, Omar Ibrahimi, "berpotensi membahayakan." Asisten profesor Harvard Medical School yang berpengalaman menyuntikkan saline ke dalam tubuh selama prosedur bedah kosmetik tersebut mengatakan, risiko pada prosedur kepala bagel tiga kali lipat.
Pertama, meski tubuh dengan aman dapat menyerap larutan garam normal yang disuntikkan di bawah kulit, di mana dokter kadang-kadang menggunakannya sebagai anestesi lokal, namun, "larutan saline yang terlalu terkonsentrasi dapat membebani kemampuan tubuh untuk memproses garam," kata Ibrahim kepada situs sains, Life's Little Mysteries.
Jika proses pembentukan kepala bagel secara tak sengaja menggunakan larutan garam hipertonik, bukan jenis normal, misalnya, orang tersebut bisa menderita dehidrasi ekstrem, seperti yang terjadi jika seseorang meminum air garam atau air laut.
Risiko yang kedua akan terjadi jika larutan saline yang digunakan tidak steril. "Berisiko terkena infeksi bakteri atau jamur," kata Ibrahimi. Meski sebagian besar patogen bisa mati oleh sistem kekebalan tubuh manusia saat tertelan dalam saluran pencernaan, namun jika dimasukkan langsung dalam kulit, seperti proses pembenjolan bagel, patogen punya kesempatan lebih tinggi untuk berkembang.
Kontaminasi air juga bisa dialami orang yang mentato tubuhnya. Bulan lalu, penggunaan air yang tak steril sebagai pelarut tinta tato mengakibatkan rerentetan kasus infeksi bakteri di empat negara bagian AS. Infeksi tersebut menyebabkan ruam menyakitkan yang bisa berlangsung berbulan-bulan, membutuhkan antibiotik kuat, dan dalam beberapa kasus, operasi untuk mengobatinya.
Namun, bahkan larutan paling steril sekalipun, kepala bagel bisa meninggalkan penyesalan mendalam bagi orang yang berniat ikut-ikutan tren ini: masalah estetika.
"Saya khawatir jika orang melakukannya berulang kali, ini akan meregangkan kulit di luar elastisitas normal. Kepala bagel bisa membuat kulit kendur secara permanen," kata Ibrahimi. Kulit dahi yang kendur melorot: sebuah kecelakaan fashion