Cermin Kejujuran
Ada yang tau cermin? Ada yang punya cermin? Ada yang pernah
bercermin? Pasti kalian fikir ini adalah pertanyaan konyol, saya fikir
juga begitu, jadi tak perlu di jawab. Hampir tiap hari saya berhadapan
dengan cermin, setiap bangun tidur, kebiasaan saya adalah langsung
menuju kamar mandi, cuci muka. Dan uniknya, setiap selesai cuci muka,
saya selalu bercermin di dalam kamar mandi tersebut, padahal wajah tetap
sama, tak ada perubahan.
Sebenarnya cermin bukan alat untuk bercermin memperbaiki penampilan kita
saja yang mungkin terlihat kurang rapi atau kurang cantik. Tapi kalau
kita mau bercermin dengan kejujuran hati, mungkin akan banyak yang dapat
kita lihat di sana. Teringat kata-kata ustadz Yusuf Mansyur,
“Bercerminlah dengan Kejujuran Hati”. Jujurlah pada hati, apa yang kita
lihat di cermin?. Coba lihat baik-baik.
Adakah yang setelah melihat cermin, melihatnya sebagai ahlul jannah?
Ahli surga? Atau sebaliknya? Ahlunnaar, ahli neraka?. Adakah yang
setelah melihat cermin, melihat seorang yang sombong, pelit, bawaannya
syirik mulu, dengki, FULL dengan tabiat jelek?. Adakah yang meliat
cermin lalu melihat ada wajah ibu atau ayahnya yg sedang rindu
kepadanya?. Adakah yg lihat cermin, lalu melihat ada cita-cita di sana?,
melihat masa depan yang penuh optimis. Adakah yang setelah bercermin,
nelongso terus bawaannya, sediiiiiihhhh terus?, soal di kelas, kuliah,
hutang, jodoh atau yang lain?. Atau setelah bercermin, lalu
bilang,”Hellloooo… Saya masih hidup. Kalau msh hidup, masih bisa hidup
berubah”, maka ubahlah bersama Allah, ada Allah jg di sana.
Kita bisa jujur saat melihat cermin, jangan berbohong. Dan juga, sebelum
kita berniat untuk menyibukan diri menilai dan mengkritik orang lain,
coba bercermin lagi, apakah kita pantas melakukan penilaian atau bahkan
memberikan hukuman pada orang lain?. Mungkin saja ketika bercermin, kita
akan melihat bertumpuk-tumpuk kekurangan orang lain yang ada juga pada
diri. Tidak ada salahnya sekali-kali untuk bercermin dengan kejujuran.