Bekerja Karena Allah
Siapa yang tak ingin hidup layak,
dihargai, dan dihormati. Semua orang tentu menginginkan hidup yang
demikian itu. Tetapi, untuk bisa hidup layak, tidak bisa hanya dengan
santai-santai, apalagi malas. Harus ada upaya keras (perjuangan) dan
doa.
Hidup layak hanya bisa dicapai dengan cara bekerja keras, memeras keringat banting tulang. Bukan dengan cara menipu, korupsi, apalagi berdusta. Kalaupun dapat hidup layak dengan cara yang tidak semestinya, sesungguhnya ia telah mendudukkan diri dalam ketidaktenangan lahir batin yang menyusahkan diri dan seluruh keluarganya.
Kondisi itu tak bisa dimungkiri sebab ketika seorang manusia berani berdusta dan hidup bergelimang harta karena kedustaannya itu, sesungguhnya ia telah mencampakkan eksistensi kemanusiaannya. Kemudian, cepat atau lambat ketidakjujurannya itu akan mengantarkannya pada kesengsaraan abadi.
Seorang Muslim haram berbuat dusta (korupsi, menipu) dalam usahanya mencari rezeki untuk keluarga. Bahkan, Islam tidak suka kepada orang yang bekerja secara tidak baik alias kerja asal jadi. Sebaliknya, Islam sangat mencintai hamba-hamba Allah yang tekun, cermat, hati-hati, serta penuh inovasi dalam bekerja atau menjalankan tugas-tugas yang diembannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah senang bila seorang di antara kalian melaksanakan tugas dengan cermat." (HR Baihaqi).Artinya, setiap Muslim hendaklah memiliki sifat cermat, teliti, serta hati-hati dalam bekerja karena takwa kepada Allah. Bahkan, wajib bagi seorang Muslim yang bekerja, berupaya keras untuk senantiasa meningkatkan kualitas kerjanya.
Selain itu, Islam juga menghendaki seluruh umatnya bekerja dengan niat yang lurus dan ikhlas karena Allah. Tidak boleh bekerja dengan niatan, kalau ia tidak mengerjakannya, pekerjaan itu akan terbengkalai atau bukan semata-mata hanya karena mengukur upah. Namun, ia bekerja dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi amanah (mandat, otoritas) agar pekerjaan yang dilakukan benar-benar mencapai target bersama sehingga tercitptalah maslahat bersama.Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa bekerja mencari rezeki harus menyertakan iman dan Islam. Karenanya, sangat memprihatinkan jika melihat fenomena hari ini di mana perilaku sebagian besar orang Islam tak lagi mencerminkan ajaran agamanya. Allah SWT sangat murka kepada orang yang bekerja sekehendak hatinya dan sengaja meninggalkan syariah-Nya. Apalagi dalam situasi seperti itu, dia tak pernah merasa bersalah dan berdosa. Terhadap manusia seperti ini Allah sungguh sangat murka.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan, "Telah bersabda Rasulullah SAW, 'Sesungguhnya Allah SWT murka kepada setiap orang yang ahli dalam urusan dunia, (namun) bodoh dalam urusan akhirat).'" (HR Hakim).
Bodoh dalam urusan akhirat artinya tidak mengerti hukum syariat Allah (halal/haram hantam) dan tidak mau memahaminya dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.Oleh karena itu, mari kita berbenah untuk menjadi Muslim yang bahagia. Yaitu, dengan cara menjadi Muslim yang bekerja karena Allah dengan berusaha membangun mentalitas kerja yang andal, cermat, teliti, dan penuh inovasi. Wallahu a'lam.
Hidup layak hanya bisa dicapai dengan cara bekerja keras, memeras keringat banting tulang. Bukan dengan cara menipu, korupsi, apalagi berdusta. Kalaupun dapat hidup layak dengan cara yang tidak semestinya, sesungguhnya ia telah mendudukkan diri dalam ketidaktenangan lahir batin yang menyusahkan diri dan seluruh keluarganya.
Kondisi itu tak bisa dimungkiri sebab ketika seorang manusia berani berdusta dan hidup bergelimang harta karena kedustaannya itu, sesungguhnya ia telah mencampakkan eksistensi kemanusiaannya. Kemudian, cepat atau lambat ketidakjujurannya itu akan mengantarkannya pada kesengsaraan abadi.
Seorang Muslim haram berbuat dusta (korupsi, menipu) dalam usahanya mencari rezeki untuk keluarga. Bahkan, Islam tidak suka kepada orang yang bekerja secara tidak baik alias kerja asal jadi. Sebaliknya, Islam sangat mencintai hamba-hamba Allah yang tekun, cermat, hati-hati, serta penuh inovasi dalam bekerja atau menjalankan tugas-tugas yang diembannya.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah senang bila seorang di antara kalian melaksanakan tugas dengan cermat." (HR Baihaqi).Artinya, setiap Muslim hendaklah memiliki sifat cermat, teliti, serta hati-hati dalam bekerja karena takwa kepada Allah. Bahkan, wajib bagi seorang Muslim yang bekerja, berupaya keras untuk senantiasa meningkatkan kualitas kerjanya.
Selain itu, Islam juga menghendaki seluruh umatnya bekerja dengan niat yang lurus dan ikhlas karena Allah. Tidak boleh bekerja dengan niatan, kalau ia tidak mengerjakannya, pekerjaan itu akan terbengkalai atau bukan semata-mata hanya karena mengukur upah. Namun, ia bekerja dengan teliti dan cermat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi amanah (mandat, otoritas) agar pekerjaan yang dilakukan benar-benar mencapai target bersama sehingga tercitptalah maslahat bersama.Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa bekerja mencari rezeki harus menyertakan iman dan Islam. Karenanya, sangat memprihatinkan jika melihat fenomena hari ini di mana perilaku sebagian besar orang Islam tak lagi mencerminkan ajaran agamanya. Allah SWT sangat murka kepada orang yang bekerja sekehendak hatinya dan sengaja meninggalkan syariah-Nya. Apalagi dalam situasi seperti itu, dia tak pernah merasa bersalah dan berdosa. Terhadap manusia seperti ini Allah sungguh sangat murka.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan, "Telah bersabda Rasulullah SAW, 'Sesungguhnya Allah SWT murka kepada setiap orang yang ahli dalam urusan dunia, (namun) bodoh dalam urusan akhirat).'" (HR Hakim).
Bodoh dalam urusan akhirat artinya tidak mengerti hukum syariat Allah (halal/haram hantam) dan tidak mau memahaminya dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.Oleh karena itu, mari kita berbenah untuk menjadi Muslim yang bahagia. Yaitu, dengan cara menjadi Muslim yang bekerja karena Allah dengan berusaha membangun mentalitas kerja yang andal, cermat, teliti, dan penuh inovasi. Wallahu a'lam.