Mengapa Zat Psikoaktif Berbahaya Bagi Manusia?
Kini narkoba tak lagi pilih-pilih korban, semua kalangan mulai
selebritas, olah ragawan, polisi, pejabat, sampai politisi bisa terbelit
olehnya. Korban narkoba percaya percaya sepenuhnya bahwa khasiat
narkoba bisa membuat stamina mereka tetap prima, percaya diri, dan
menghilangkan rasa grogi. Padahal narkoba dikelompokkan sebagai zat
psikoatif, yaitu zat yang bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, dan
tingkah laku.
Terdapat empat jenis narkoba yang selama ini paling susah dihilangkan
ketergantungannya, yaitu heroin atau putau, kokain, alkohol, dan
nikotin. Pada awalnya, narkoba digunakan untuk dopping, meningkatkan
daya kerja tubuh. Namun, berlanjut menjadi ketagihan akibat si pemakai
merasa tak percaya diri lagi setelah efeknya hilang.
Secara farmakologi, zat psikoaktif terbagi berdasarkan sifat efeknya.
Ada yang bersifat merangsang otak, seperti amphetamine dalam sabu-sabu,
ekstasi, juga kokain yang memberikan efek penggunanya semakin aktif,
energik, gembira, dan tidak mengantuk. Kelompok lainnya dapat memberikan
depresan atau menekan seperti heroin dan penggunaan alkohol dalam
jumlah banyak. Kemudian ada kelompok yang bersifat halusinogen atau
obat-obatan yang memberikan efek halusinasi seperti ganja, mariyuana,
dan jamur.
Zat ini ketika dikonsumsi bekerja pada otak akan menghasilkan dopamine. Zat ini ada yang bersifat legal seperti rokok yang mengandung nikotin dan kopi yang mengandung kafein. Sedangkan yang ilegal adalah jenis-jenis yang tergolong narkotika.
Zat ini ketika dikonsumsi bekerja pada otak akan menghasilkan dopamine. Zat ini ada yang bersifat legal seperti rokok yang mengandung nikotin dan kopi yang mengandung kafein. Sedangkan yang ilegal adalah jenis-jenis yang tergolong narkotika.
Penggunaan sabu-sabu dan ekstasi dapat merangsang otak dan jantung sehingga frekuensinya naik. Kondisi ini dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan jantung berhenti serta menyebabkan kematian pada over dosis.
Pada penggunaan ganja, meskipun jarang ada orang yang meninggal dunia akibat mengisap ganja, namun pemakainya akan terkena sindrom antimotivasi atau malas. Kondisi ini dapat meningkatkan kadar opamine, lalu menjadi psikotik dan dapat mengakibatkan si pemakai paranoid, bahkan gila.
Pecandu narkoba sulit untuk melepaskan diri dari ketergantungan. Salah
satu diantaranya, faktor genetik sebagai penyebab mengapa seseorang
menjadi pecandu narkoba. Jika orang tua pecandu alkohol, maka besar
kemungkinan anaknya akan berlaku sama.
Rehabilitasi pada pengguna narkoba, sebelumnya harus dilihat dan didiagnosis terlebih dahulu jenis zat psikoaktif yang digunakan. Apakah hanya satu jenis seperti sabu-sabu, heroin, kokain, atau campuran dari berbagai jenis? Selain itu, didiagnosis juga tingkat pemakaiannya, apakah taraf mencoba atau sudah pada taraf ketergantungan?
Menurut Teddy Hidayat, SpKj, Psikiater, hal terpenting dalam
penanggulangan penggunaan narkoba adalah pencegahan yang dimulai pada
usia dini. Pada usia dini, harus diberikan keterampilan hidup seperti
percaya diri, bersosialisasi, serta bagaimana mengendalikan kemarahan
atau kesedihan.