Apakah Kamu Seorang Pengecut?
Apakah kamu seorang pengecut?, tentu siapa saja yang ditanya seperti itu pasti akan menjawab, Saya bukan seorang pengecut, Saya seorang pemberani. Lalu dengan penuh semangat memberikan sejumlah alasan sebagai penguat argumentasi.
Padahal banyak alasan yang baru dibuat pada saat ditanya, bukan alasan berdasarkan fakta yang ada. Alasan yang dibuat demi membela diri.
Itulah yang kita hadapi sekarang, banyak orang mengaku pemberani tetapi perbuatannya selalu mengabarkan kepengecutan mereka dihadapan orang lain. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, lalu melempar bola panas ke orang lain.
Hebatnya lagi orang-orang ini biasanya lebih ‘beruntung’ dibandingkan orang lain, dengan pengalamannya mereka mampu menapak ke posisi yang lebih tinggi. Mereka bisa memanfaatkan orang lain untuk kepentingan sendiri.
Sementara orang2 dibawahnya hanya mendapatkan sisa-sisa. Dari mulai lingkungan keluarga terkecil, kadang kita tidak berani mengaku salah, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga terdekat, kata maaf lebih susah untuk terucap. Bertanggung jawab lebih susah dilakukan kepada orang-orang terdekat kita.
Di lingkungan pekerjaan dan masyarakat juga sama, semakin banyak orang yang berani berbuat, tapi lupa dan lari dari kewajiban untuk bertanggung jawab. Ada orang yang hobinya memanfaatkan orang lain, kemudian memetik hasil kerja keras orang lain, ada juga orang yang sibuk menyalahkan orang lain ketika masalah datang, demi keselamatan diri sendiri.
Mereka ada dimana-mana, dan salah satunya mungkin kita. Sungguh luar biasa, saking anehnya tidak memahami bahwa kita adalah seorang pengecut. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, sering terjadi di kehidupan kita. Jangan-jangan inilah kepribadian kita yang baru. Pribadi pengecut, pribadi penjilat. Demi kepentingan sendiri, mempersulit orang lain.
Mudah-mudahaan kita semua segera sadar, dan berani bertanggung jawab atas segala perbuatan yang kita lakukan.
Padahal banyak alasan yang baru dibuat pada saat ditanya, bukan alasan berdasarkan fakta yang ada. Alasan yang dibuat demi membela diri.
Itulah yang kita hadapi sekarang, banyak orang mengaku pemberani tetapi perbuatannya selalu mengabarkan kepengecutan mereka dihadapan orang lain. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, lalu melempar bola panas ke orang lain.
Hebatnya lagi orang-orang ini biasanya lebih ‘beruntung’ dibandingkan orang lain, dengan pengalamannya mereka mampu menapak ke posisi yang lebih tinggi. Mereka bisa memanfaatkan orang lain untuk kepentingan sendiri.
Sementara orang2 dibawahnya hanya mendapatkan sisa-sisa. Dari mulai lingkungan keluarga terkecil, kadang kita tidak berani mengaku salah, kepada istri, kepada anak, kepada keluarga terdekat, kata maaf lebih susah untuk terucap. Bertanggung jawab lebih susah dilakukan kepada orang-orang terdekat kita.
Di lingkungan pekerjaan dan masyarakat juga sama, semakin banyak orang yang berani berbuat, tapi lupa dan lari dari kewajiban untuk bertanggung jawab. Ada orang yang hobinya memanfaatkan orang lain, kemudian memetik hasil kerja keras orang lain, ada juga orang yang sibuk menyalahkan orang lain ketika masalah datang, demi keselamatan diri sendiri.
Mereka ada dimana-mana, dan salah satunya mungkin kita. Sungguh luar biasa, saking anehnya tidak memahami bahwa kita adalah seorang pengecut. Berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, sering terjadi di kehidupan kita. Jangan-jangan inilah kepribadian kita yang baru. Pribadi pengecut, pribadi penjilat. Demi kepentingan sendiri, mempersulit orang lain.
Mudah-mudahaan kita semua segera sadar, dan berani bertanggung jawab atas segala perbuatan yang kita lakukan.
Mari Kita Instrospeksi Diri Kita Masing-Masing\
Agung Wibowo