Matematika Manusia Tidak Bisa Disamakan dengan Matematika Tuhan (Ikhlas)
Ikhlas bisa membuat hidup lebih berkualitas & bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita . Dengan keikhlasan,
perbuatan menjadi baik adanya. Mari belajar ikhlas dari sebuah cerita
yang berikut ini.
***
Di suatu pondok yang sederhana, hiduplah seorang guru tua dengan
istrinya. Sang guru sudah puluhan tahun mengajar di sebuah sekolah yang
tak terlalu jauh dari rumahnya. Guru ini sangat baik hati dan dihormati
oleh murid-muridnya.
Suatu hari, seorang mantan muridnya datang
ke rumahnya. Ia membawa seikat ubi yang diamanahkan oleh ayahnya
sebagai oleh-oleh pada sang guru. "Pak guru, saya membawa ubi. Hanya ini
yang saya dan keluarga punya untuk membalas kebaikan bapak," ujarnya.
Melihat
muridnya yang lugu dan tulus, sang guru tersentuh. "Kok repot-repot,
Nak? Duduk di sini dulu ya. Kamu pasti capek jauh-jauh dari desa bawa
ubi. Bapak ke belakang dulu," ujar sang guru.
Pria paruh baya
itu pun berjalan ke belakang dan menemui istrinya. "Bu, kita punya apa?
Ini muridku bawa ubi," kata pria itu. Sang istri melihat ke dapurnya.
Tidak ada apa-apa selain alat masak, bumbu dapur dan air minum. "Punya
apa kita, Pak? Wong kita cuma punya kambing peliharaan bapak itu di
belakang," jawab istrinya.
Guru itu pun mengangguk-angguk,
"Oo.. Ya sudah ini ubinya disimpan. Buatkan muridku minum ya, Bu. Kita
kasih kambing saja," kata pria itu. Istrinya mengangguk dan membuatkan
teh hangat untuk muridnya. Sementara pria itu mengambil kambing
peliharaannya.
"Ini, Nak. Bawa pulang, ya? Bilang terima kasih
pada bapakmu," kata pria itu. Muridnya terkejut, tapi ia sangat
berterima kasih pada gurunya yang memang baik hati itu. Tak lama, ia pun
pulang dari pondok gurunya.
Di jalan, murid ini bertemu dengan
temannya. Teman tersebut bertanya dari mana ia mendapat kambing. Murid
yang lugu itupun menceritakan bagaimana ia membawa ubi hingga dapat
kambing. Mendengar cerita itu, murid yang satu ini tergiur mendapat
pemberian yang sama dari gurunya. Ia pun segera pulang dan menceritakan
kejadian itu pada ayahnya.
Sang ayah yang juga tergiur berkata,
"Wah, mungkin kalau kamu bawa kambing, nanti kamu akan diberi sapi,
Nak." Begitu pikir ayah dan anak ini. Kalau mereka memberi yang besar,
maka mereka akan menerima yang lebih besar lagi.
Maka, sore itu
pergilah murid yang satu ini membawa kambing ke rumah gurunya. Sang
guru kaget, baru saja ia memberi kambing pada muridnya, sekarang ia
menerima kambing lain yang menggantikan kambingnya. Maka buru-buru ia
menemui istrinya, "Istriku, kita dapat kambing lagi. Alhamdulillah. Kita
cuma punya ubi, ya? Ya sudah berikan saja ubinya untuk muridku,"
ujarnya.
Maka sang guru keluar membawa 3 ikat ubi yang
diberikan murid pertamanya tadi. Melihat apa yang diberikan gurunya,
murid kedua ini terkejut. Antara agak kecewa dan harus tetap senyum di
depan gurunya. Maka ia pun pulang dengan membawa 3 ikat ubi, bukan sapi
seperti yang dia harapkan.
***
Hikmah yang bisa kita petik adalah dalam hal kebaikan matematika manusia tidak bisa disamakan dengan matematika Tuhan . Berbuat adalah baik bila disertai dengan keikhlasan.
Bila mengharapkan balasan dan ganjaran, belum ikhlas namanya. Berbuat
baik semata-mata karena Tuhan menyukai perbuatan baik itu. Dan lupakan
apa yang sudah kita perbuat, biar hati tenang dan biar Tuhan yang
mengurus selebihnya.